Hasil yang diperoleh adalah sbb:
-
Helikopter belum dapat
terbang, hanya naik sekitar 30 cm kemudian turun lagi (seperti loncat-loncat).
Ketika mesin di naikkan gas-nya, pada putaran tertentu justru mesin drop.
-
Masalah: power mesin kurang
besar.
Penyebab: Saat itu terjadi kesalahan hitung pada power losses (kehilangan daya
mesin), yakni cuma dipakai nilai 15%, padahal pada helikopter, power losses
bisa mencapai 55%.
-
Adapun prestasi yang
dicapai sbb:
o
Berhasil membuat main
rotor blade (bilah baling-baling) dengan diameter 6 m, memakai bahan hollow
dan fibre glass. Berat satu bilah sekitar 8,5 kg, hampir sama dengan rotor
blade pabrikan.
o
Berhasil membuat rotor hub
semi rigid dan pitch horn: yakni pangkal bilah
baling-baling yang disitu terdapat pitch horn (lihat gambar rotor hub dari Robinson R22 – sumber )
dibawah. Dalam gambar tampak bahwa pitch horn ini yang dihubungkan ke SWASH
PLATE untuk mengatur sudut bilah baling-baling.
o
Berhasil membuat SWASH
PLATE. Perlu diketahui bahwa dalam keadaan berputar, sudut bilah baling-baling
selalu berubah-ubah. Kalau tidak berubah-ubah akan menyebabkan badan helikopter
terpuntir/terbanting. Untuk mengatur sudut sudut bilah baling-baling dalam
keadaan berputar ini diperlukan komponen yang disebut SWASH PLATE.
o
Berhasil membuat collective
stick: yakni sistem kendali helikopter yang umumnya terletak di samping
kiri pilot. Stick ini berfungsi menggerakkan SWASH PLATE kemudian SWASH PLATE
menggerakkan sudut bilah baling-baling secara bersamaan. Hasilnya, helikopter
akan NAIK/TURUN.
o
Berhasil membuat cyclic
stick: yakni sistem kendali helikopter yang umumnya terletak di depan pilot.
Stick ini berfungsi menggerakkan SWASH PLATE kemudian SWASH PLATE menggerakkan
sudut bilah baling-baling sesuai manuver yang dikehendaki. Hasilnya, helikopter
akan terbang maju, mundur, kesamping atau mengapung di udara.
o
Berhasil membuat gear
box: yakni alat transmisi tenaga dari engine (mesin) ke as utama (main shaft).
o
Berhasil membuat main
frame: yakni rangka/sasis helikopter.